Sabtu, 03 September 2011

STABIL


 KEBUN BATAHAN > KANTOR AFDELLING VI LUAS 659,99 HA.
PADAHAL ULAYAT INI ADALAH ULAYAT DESA KAMPUNG SAWAH
KECAMATAN NATAL. KENAPA KEBUN BATAHAN ...???
MASYARAKAT KAMPUNG SAWAH BELUM MENDAPATKAN PESERTA PETANI PLASMA DARI PT GLP MEDAN

S T A B I L
STOP AKSI BILA LANCAR
Oleh : Shaff Ra Alisyahbana Dt Malako

Stabil dalam bahasa kerennya adalah sama dengan “ Rumpuik – Bagaram “ di Ranah Nata yaitu memposisikan sesuatu
agar tetap, tidak naik dan tidak menurun.
Tapi sifat STABIL dengan rumput bergaram terdapat perbedaan, sebab maksud dari rumput bergaram itu agar jinak dan terkendali.
Bila seseorang mempunyai ternak kambing,anjing,kucing atau lainnya, agar ternak ini jinak dan patuh adalah dengan memberi rumput atau nasi makanannya dengan sedikit garam atau gula. Itulah makanya istilah rumput bergaram disebut juga “ Kanei gulo-guloi “.

Salah satu penghalang atas ketidak berhasilan tuntutan rakyat atas pemakaian tanah adat atau ulayat oleh sebuah perusahaan adalah disebabkan STABIL tersebut, sebab bila ada stabil maka tuntutan akan di Stop Aksi Bila Lancar ( STABIL ).

Setiap menjelang hari raya, para PREMAN (Pretel Manusia) mempreteli para pengusaha untuk meminta uang STABIL, agar stop aksi tuntutan kepada perusahaan, bila lancar pemberian itu.

Alangkah hinanya masyarakat kita yang tergolong PREMAN, mengemis kepada pengusaha untuk meminta uang STABIL, dimana pemberian itu merupakan tolok ukur bagi perusahaan, betapa lemahnya langkah perjuangan masyarakat,hanya bisa dibendung dengan sebuah amplop berisi uang yang dikatakan paket STABIL itu.

Tetapi para PREMAN maupun TOMAS (Tokoh Masyarakat) tidak menyadari bahwa perbuatannya untuk meminta STABIL itu adalah suatu kebijaksanaan yang keliru, sebab aksi penuntutan distop bila lancar pemberian untuk pribadi masing-masing PREMAN maupun TOMAS tersebut.

Dimanakah keberhasilan tuntutan bila kantong para pejuang hak rakyat sudah penuh berisi uang STABIL ??? Sampai hari kiamat nanti, pasti tuntutan itu akan sia-sia, sebab sudah memakan “ Rumpuik Bagaram “ atau “ Kanei Gulo-guloi “.
Itulah problema para pejuang yang berkoak-koak kesana kemari membawakan beberapa tuntutan kepada perusahaan, sementara dia sudah kenyang dengan uang STABIL dan tentu saja dia akan bungkam seribu bahasa dan tak ada reaksi dari mereka lagi.

Menurut info yang dipercaya bahwa para pejuang yang dulu mati-matian memperjuangkan hak atas nama rakyat, setelah mendapat selembar surat sertifikat dari perusahaan dia tidak berkutik lagi,
 bahkan mengancam pejuang baru agar dia tidak dilibatkan karena
 dia sudah berhasil memperjuangkan hak pribadinya sendiri yang
 pada waktu melayangkan tuntutan atas nama masyarakat banyak.
Mereka gadaikan kepercayaan masyarakat yang telah berkorban memberikan bantuan membiayai proses tuntutan tersebut,
Namun setelah dapat diapun pura-pura tidak tahu,
Sambil mendukung sertifikasi yang diperolehnya.

Kasihan para rakyat awam yang hanya dapat memberikan sekedar bantuan karena dibodohi oleh orang-orang pintar cerdik cendekiawan nagari yang dalam pepatah mengatakan “ Yang bodoh makan yang cerdik “.

Demikian juga perusahaan, walaupun bagaimana situasi perusahaan dia akan menyediakan uang STABIL, meskipun dengan air mata darah sekalipun tetap diusahakan dan diberinya, sebab itulah senjata bagi perusahaannya bila ada tuntutan dibelakang hari.
Akhirnya, sampai kapanpun tuntutan itu tidak akan didengarkan dan tetap diabaikan.

Andai para TOMAS dan PREMAN tidak menerima dan tidak meminta uang STABIL tersebut,lambat laun tuntutan itu akan berhasil untuk semua rakyat yang emndambakannnya.

STABIL , STOP AKSI BILA LANCAR......!!!

MABUK


M  A  B  U  K
MENGKOSUMSI ATRIBUT BERALKOHOL UNTUK KEMAKSIATAN
Oleh : Shaff Ra Alisyahbana Dt Malako

Disamping atribut atau bahan yang beralkohol,minuman atau makanan yang biasa kita komsumsipun bisa membuat MABUK bila dimakan atau diminum berlebihan. Jadi defenisi dari mabuk itu adalah Mengkomsumsi Atribut Beralkohol Untuk Kemaksiatan baik itu barang haram maupun barang yang halal.

Salah satu dari sekian banyak penyebab manusia itu mabuk diantaranya adalah minuman keras yang di Ranah Nata dilarang dijual secara bebas, tapi bisa dibeli ditempat tertentu sebab sudah mempunyai stabil keamanan.

Setiap adanya acara Baralek (Pesta Perkawinan) di Ranah Nata khususnya, hampir semua bernuansa suasana mabuk para penonton hiburan rakyat yang populer disebut keyboard atau organ tunggal, tetapi orang yang mengadakan hajat Baralek tersebut telah menempatkan acara kibot merupakan acara terpenting atau wajib berkibot bila mengadakan pesta perkawinan. Tidak syah pesta perkawinan yang tidak mengadakan kibot. Kalaulah ada semacam pilihan, tidak usah diadakan acara Dikir Rebbana atau Badendang-Dendang,asalkan acara Bakibot tetap diadakan.

Itulah suatu keberhasilan dari kalimat Natal itu di Ranah Nata, dimana visi dan missi “ Me-Natalkan Ranah Nata “ diambang keberhasilan.
Kenapa tidak ! Pada bulan Pebruari 2011 ini, sudah berani para anak muda Ranah Nata mengadakan acara Valentine Days yang disponsori oleh sebuah showroom yang dipusatkan pada sebuah kafe di pantai barat sana.
Ribuan anak muda se pantai barat, mulai dari Batu Mundam sampai ke Batu Bakuduong kumpul bersama yang mayoritas dalam keadaan MABUK. Penulis khawatir tidak berapa lama lagi akan diadakan peringatan Hari Natal sebagai hari jadi Natal yang kesekian,walaupun hari jadinya bukan tgl.25 Desember, tapi diselubungi oleh Hari Natal dari bukan Islam.

MABUK membuat suasana kalau balau. Bayangkan saja pada suasana ‘Idul Fithri tahun ini diperkirakan korban kecelakaan sekitar 20 orang yang mayoritas adalah disebabkan mabuk. Ada yang jatuh berkenderaan roda dua,ada yang berlanggar kebut-kebutan dan ada yang berbuat maksiat (mesum) yang ditangkap oleh pemuda-pemuda Taluk Sikarakara dan Buburan dan sepasang manusia bejat ini diserahkan ke Ketua Adat Buburan,tetapi hasilnya tidak kita ketahui. Salah satu yang menyakitkan bahwa kejadian ini merupakan perbuatan orang lain yang mencorengkan arang kekening pantai barat,sebab si lelaki berasal dari Kota Salak dan si perempuan berasal dari Desa Transmigrasi.

Betapa banyaknya manusia di pantai barat, baik pantai kapling atau pantai galon dan Taluk Sikarakata merobah pepatah petitih orang tua yang mengatakan bahwa “ Adat taluok timbunan kapa “,tetapi di suasana lebaran ini “ Adat taluok timbunan manusia “. Betapa banyaknya para pedagang dari Kota Salak dan Kota Kipang berjualan disitu terutama jualan baju renang yang merupakan kebutuhan bagi setiap pengunjung untuk mandi-mandi dipantai itu.

Masih ingatkah kita Alfir Nata (Allah berfirman Nabi bertitah) dalam Al- Qur”an yang berbunyi “ Walan tardha  ankal Yahudu wan Nashara hatta tattabi’a millatahum ? “ yang artinya bahwa orang-orang Yahudi dan Nashrani tidak akan rela melihat kita sebelum mengikuti millah mereka.
Masya Allah, beberapa millah itu telah kita ikuti seperti halnya peringatan Valentine Days (Hari Kasih Sayang) yang sebenarnya adalah peringatan hari kekalahan ummat Islam di Spanyol tahun dulu yang pada millah mereka merupakan kasih sayang karena mereka berhasil. Demikian juga acara Ulang Tahun yang kini telah menjadi kebutuhan para remaja dan suatu acara yang dilaksanakan oleh lembaga pendidikan tahap awal (TK) Islam di Iburanah kita seperti TK ABA Natal dan TK Nurul Hidayah Natal, sementara TK Pembina Negeri Natal tidak melaksanakan acara ulang tahun itu kepada anak didiknya. Sudah jadi terbiasa di Ranah Nata khususnya, bila ada keramaian atau hiburan rakyat terutama di malam hari selalu ada mabuk-mabukan yang membuahkan keributan, perkelahian dan kemaksiatan, oleh karena itu penulis memberanikan diri mengatakan MABUK itu adalah Mengkomsumsi Atribut Beralkohol Untuk Kemaksiatan, sebab belum ada mabuk itu yang membawa kebaikan.

Pada beberapa tahun lalu Pemerintah secara resmi menghancurkan ribuan botol minuman keras yang ditandai dengan penimbunan di lapangan Merdeka Natal oleh Kepala Kantur Urusan Agama Kecamatan Natal, tetapi sayang lebih banyak yang tersimpan di tempat tertentu dari pada yang ditangkap dan dimusnahkan yang diperagakan pemusnahannya itu.

Mudah-mudahan tulisan ini ada manfaatnya. Amien Yaa Rabbal ‘alamien.

Selasa, 30 Agustus 2011

TAKBIRAN


 Acara تكبيرا " meriah سير أجمة،تبي sepi  Syair أجمة
T A K B I R A N
Oleh : Shaff Ra Alisyahbana Dt Malako

Pada zaman alm.Sidi Fauziddin di Pengajian Isromiyah Pangka Jati Nata,acara malam Takbiran sangat meriah sekali walaupun hanya dilaksanakan oleh anak-anak pengajian tersebut dengan berjalan kaki sepanjang jalan Ibukota Ranah Nata, sebab dimeriahkan dengan “ Batelong-telong “.

Batelong-telong adalah aneka lampu champion yang dibawa oleh anak-anak dengan beraneka macam bentuk dan warna, sehingga membuar suasana Syiar Agama disamping semaraknya Syair Allahu Akbar membahana di Ibukota Ranah Nata.

Pada tahun 70an di Batu Tuanku Kampung Sawah,penulis juga memprakarsai pengajian al-Qur”an Darul Fahmy Kampung Sawah dengan malam Takbiran dan acara Lomba Telong-telong bagi anak-anak pengajian mulai dari Batu Tuanku sampai ke Guguong Syair Takbiran dilantunkan oleh anak-anak pengajian.

Ditahun 80an,sewaktu penulis menjadi Sekretaris PHBI Kelurahan Pasar I Natal,juga terjadi hal yang sama untuk semua murid-murid SD dan siswa SMP/MTs dengan acara Loma Telong-telong dan mudah-mudahan membuah Syiar Agama yang memadai.

Sekarang acara Takbiran berjalan kaki dan Batelong-telong tak ada lagi dan telah hilang,berganti dengan kompoi kenderaan roda dua dan empat, tapi sunyi dari Takbiran.
Bayangkan saja, dari ratusan kenderaan yang mengikuti malam Takbiran, hanya sekitar 15 orang yang melafazkan kalimat Allahu Akbar dari mulutnya yaitu pengisi kenderan yang pertama dan terakhir saja.
Inikah yang dinamakan Takbiran ...???
Saya berpendapat, ini bukan Takbiran namanya, tapi adalah barisan/kompoi kenderaan roda dua dan empat sampai ke perbatasan kecamatan.
Kita mengakui bahwa Syiar Agama itu semarak, tapi Syair Takbiran merosot dan sepi.
Apakah Takbiran itu artinya adalah melaksanakan bacaan Allahu Akbar ...... ???.
Disinilah letak kesalah tafsiran itu,sama halnya dengan Masjid Al-Fattah yang berarti pembuka atau kunci.
Karena salaf tafsir yang diartikan terkunci atau dikunci, sehingga di masjid tersebut dikunci untuk menegakkan shalat disitu, karena pintunya terkunci kecuali menjelang Jum’atan.
Masjid Al-Fattah yang dulunya bernama Surau Tambak adalah merupakan tonggak keberadaan Agama Islam di Ranah Nata, sebab disinilah Syekh H.Abdul Fattah Sinantiku dan murid terpandainya Syekh Abd.Malik Baleo Nata menebarkan/ merambakkan Agama Islam sampai-sampai ke Dalu-dalu dan juga murid-murid lainnya seperti Syekh Tuan Tamang,Syekh Abdul Manan Marancar dll. Penulis masih ingat ketika alm.H.Bulkaini (ayah dari Drs.H.Syariful Mahya Bandar,MA/ Kanwil Kemenag Prov.Sum.Utara) menyampaikan pengajiannya kepada murid-muridnya yang berdatangan kesitu, datang dari desa-desa Palah Taleh,Patiluban,Panggautan dan desa lainnya, tapi kini jangankan pengajian,untuk mendirikan shalatpun hanya bisa diluar masjid saja (dipelataran masjid) karena terkunci.  Walaupun masjid ini bukan masjid NU,tapi merupakan tempat persemaiannya bibit-bibit tokoh NU, telah hilang dan mungkin keberadaan NU tidak akan lama lagi.
Alangkah baiknya anak didik Madrasah Tsanawiyah NU yang berada diseberang masjid ini mendirikan shalat Zhuhur Berjama’ah dan pelatihan kultum dan praktek lainnya, tapi sayang terkunci,walaupun Al-Fattah itu berarti permbuka atau kunci,tapi diartikan dikunci atau terkunci.

Beberapa yang perlu mendapat perhatian untuk kita semua sikon hidup beragama di Ranah Nata ini klhususnya antara lain sbb.;
1.      Sesegera mungkin Kemenag atau organisasi keagamaan mengadakan pelatihan KIBLAT (Khatib,Imam,Bilal dan Ahli Tajwid) di Ranah Nata,karena keberadaan ini sudah langka sekali.
2.      Sesegera mungkin agar semua Masjid yang ada di Ranah Nata mendirikan shalat Jum’at dalam rangka menanggulangi pengangguran shalat.
3.      Meniadakan malam Takbiran yang bercorak kompoi kenderaan roda dua dan empat dan menggantinya dengan corak berjalan kaki dengan mengumandang Takbir seluruh peserta ,agar Syiar Agama itu mempunyai Syair Agama (Takbir). Apa gunanya sangat banyak peserta takbiran,tapi sunyi dari membaca Takbir.
4.      Dari acara silaturrahmi,mungkinkah dua kali menyediakan makanan,karena yang akan dikunjungi lebih dahulu lebaran,sedangkan yang datang silaturrahmi berombongan ada hari pertama yang dulu dan hari kedua yang dahulu sehingga merepotkan dan kadang makanan itu mubazir,sebab yang disangka hari itu datang ternyata besok harinya karena tidak serentak.
5.      Menghidupkan pelaksanaan Kuliah Agama diseluruh Surau dan Masjid dengan pembinaan para remaja Ranah Nata.agar Ranah Nata itu benar-benar merupakan sumber Agama Islam di Nata dan Mandailing.  
6.      Mengawasi tempat-tempat hiburan atau cafe agar tidak mengadakan kegiatan yang melanggar hukum Agama,Adat dan Negara dengan menerapkan sanksi Adat disamping sanksi Agama dan Negara. Kiranya pelaksanaan Valentine Days tidak terulang lagi, sebab itu adalah hari peringatan hancurnya Islam di Spanyol yang dilambangkan sebagai hari kasih sayang oleh mereka. Penulis berpendapat, selagi daerah kita ini bernama Natal dan tidak kembali ke Ranah Nata, dipastikan corak Natal itu akan tumbuh subur dan hidup berkembang yang sudah dimulai dengan beraninya para remaja kita mengadakan Valentine Days yang merupakan acara dari orang Natal. Mari kita berikan sanksi adat kepada para tempat hiburan yang mengadakan pelanggaran Agama dan Adat, walaupun disitu adanya pihak keamanan,karena yang diamankan hanyalah mengamankan agar tidak terjadi keributan atau perkelahian, tetapi aman untuk perbuatan dosa seperti minuman keras,pergaulan bebas (pacaran) sesuai dengan visi dan misi Me-Natalkan Natal itu. Penulis yakin bila hal ini tidak segera ditanggulangi dengan kerja keras, dipastikan para remaja akan mengadakan Hari Natal yang dikaitkan dengan Natal (nama daerah ini),tetapi terselubung dengan hari Natal sebenarnya nantinya. Sebentar lagi akan ada pesta pantai dengan menghadirkan artis luar yang top,diharapkan kepada panitia atau pengelola kafe agar tidak menyediakan tempat dan atribut kemaksiatan,agar kita tidak mengundangkan murka Allah sehingga Dia datang Galodo (banjir), Galoro (tsunami) dan Gampo ( G-Tigo) di Ranah Nata khususnya. Apakah tsunami yang telah menimpa kita tidak dijadikan suatu pelajaran bagi kita ..???
7.      Sekarang maraknya acara reuni dari berbagai alumni yang diadakan dicafe-cafe dikarenakan disitu adanya acara pergaulan bebas.Kenapa dikatakan alumni stambuk sekian,tapi tidak mencantumkan alumni dari sekolah mana dan sekolah tempat dia mengatakan alumni tidak tidak menyentuk dari acara atau organisasi tersebut. Alangkah baiknya acara reuni itu langsung diadakan ditempal asal sekolahnya agar ada keterkaitan dengan pihak sekolah berserta mantan guru-gurunya.
8.      Pihak Pemerintahan diharapkan agar bijaksana dalam menentukan hari raya 1 Syawwal agar bisa serentak dengan perobahan ada pada awal Ramadhan saja. Biarlah awal Ramadhan tidak serentak,tapi 1 Syawwal hendaknya serentak seluruhnya,agar tidak ada yang dirugikan, sedangkan kebenaran itu adalah milik Allah semata. Bagaimanakah status masyarakat Muslim di Ranah Nata yang lebih dahulu berpuasa Ramadhan yang seakan-akan puasanya 31 hari,sebab shalat ‘Ied diadakan sehari setelah lebaran,karena belum adanya pengumuman dari Pemerintah atas penetapan 1 Syawwal. Demikian juga tentang zakat fitrah dari orang-orang yang lebih duluan berhari raya(29 Ramadhan,karena fitrah mereka dibagikan kepada mustahiqnya setelah dia berhari raya (30 Ramadhan). Apakah zakat fithrahnya tidak berobah menjadi shadaqah dan bagaimana pertanggungan zakat Amil Zakat Kelurahan/Desa ..???


Akhirnya,semoga menjadi perhatian kita semua adanya. Terima kasih.

Sabtu, 27 Agustus 2011

SANTUNAN YATIM

SANTUNAN ANAK YATIM
Oleh : Shaff Ra Alisyahbana Dt Malako

Bertempat di Masjid Hajjah Fathimah,
 Simpang Ampek Kelurahan Pasar I Natal, BPAY Kecamatan Natal
telah menyerahkan uang bantuan kepada anak-anak
yatim se Kecamatan Natal yang berjumlah sekitar 183 orang.

Menurut laporan yang disampaikan oleh Ketua BPAY
Kecamatan Natal,H.Misdar menyatakan bahwa dana untuk
bantuan anak yatim yang diserahkan oleh para Muzaky
dan donator lainnya berjumlah Rp.20.900.000.-
Dari 183 orang anak yatim, yang terbanyak adalah
Kel.Pasar II Natal 33 orang, Setia Karya 28 orang,
Pasar III Natal 22 orang,Kel.Pasar I Natal 11 orang
dan lain-lainnya.

Dengan pembawa acara, Kepala KUA Kecamatan
 Natal, penyerahan bantuan dimulai jam 15.00 wib –
jam 16.30 wib yang dihadiri oleh anak-anak yatim dari
Kelurahan Pasar I,II,Desa Pasar III Natal, Setia Karya,
Pasar V dan VI Natal serta Desa Kampung Sawah dan Panggautan.

Sarwedi SH, Camat Natal dalam kata sambutannya
menyatakan kepada seluruh anak yatim bahwa beliau 
menyatakan kesediaannya menjadi pengasuh
para yatim piatu.

Dan untuk itu pintu rumahnya tetap terbuka
untuk seluruh anak yatim yang berada di Kecamatan
 Natal. Jika diperhitungkan secara matematika
bahwa setiap anak diperkiranakan mendapat
 santunan sekitar Rp.110.000.-/orang.

Penyerahan santunan ini dihadiri oleh Camat Natal,
Kepala KUA Kecamatan Natal,Ketua MUI
Kecamatan Natal dan undangan lainnya.
Jika pada tahun dahulu diadakan di Masjid Al-Huda
Natal dean tahun yang lewat di masjid lainya,
untuk tahun depan akan mendapat giliran masjid
 lainnya dimana saban tahun akan bergilir nantinya.

Sayangnya, setelah selesai menerima santunan
para anak yatim langsug menyerbu tanaman
jambu yang sedang berbuah lebat
100 meter dari masjid Hj.Fathimah.
Dengan kejadian itu adalah pertanda perlunya
segera didirikan Panti Asuhan Anak Yatim
seperti yang direncanakan oleh Masyarakat Desa
 Sikarakara dengan Yayasan Benteng Islam Kawasan
Barat Indonesia (YASBI) yaitu
ISTANA YATAMA INDONESIA
di Bukik Sikarakara dengan nama
Islamic Taj Nata ( ISTANA ).

Kamis, 25 Agustus 2011

KRISIS KIBLAT


KRISIS QIBLAT
Oleh : Shaff Ra Alisyahbana Dt Malako

Ranah Nata adalah ranah yang makmur dan subur bila
dipandang dari sudut  keamanan dan pertanian.
Ranah pertanian yang begitu luas terbentang bagaikan
hamparan permadani di padang sahara Madinah,
bukan seperti Madinanya Sumatera Utara. 
Dari sudut kesenian dan kebudayaan,
Ranah Nata mempunyai perbendaharaan,
tapi tak swe rancak Ranah Minang
di Sumatera Barat.

Walaupun disana sini bergelimpangan para perusahaan
 yang membuka usahanya menyawitkan lahan pertanian
 dan mata pencaharian penduduk,namum masih
banyak menyimpan ratusan orang pengangguran,
sebab perusahaan membawa dan menerima para
karyawan yang bukan dari putra putri daerah
tempat di berpijak ditanah perkosaan.

Tetapi, yang dimaksud penulis dalam sebutan
Pengangguran disini bukanlah dari segi pekerjaan
 semata,tapi adalah dari segi keagamaan dimana
Ranah Nata mempunyai pengangguran
ribuan orang yaitu Pengangguran Shalat.

Bila pada hari Jum’at dijaman Sampan Kayie, para
nelayan dan petani tidak pergi mengharungi lautan untuk
 bertarung dengan hujan badai dan hempasan ombak
gelombang dan berjalan diantara embun rerumputan
 menantang matahari sehingga mereka ikut serta dalam
 kegiatan shalat berjama’ah yaitu Shalat Jum’at.
Setelah memasuki zaman pincang dan gigih (canggih),
sedang berkumandang adzan Jum’at, mereka masih bisa
 pergi melaut kartena dipacu oleh krisis menyeluruh ( Kisruh ) ,
baik krisis ekonomi, krisis moral dan krisis iman,
sehingga pantai keimanan itu kini telah landai,
hilang dari kecuraman beribadah dalam ranah
 berterima kasih kepada Allah yang Maha Esa.

Disebabkan zaman dahulu pergi melaut itu memakai
 sistem waktu sehingga orang-orangnyapun mengenal waktu,
karena mereka berfikir bahwa binatang dan tumbuhan
 saja mengenal waktu, apalagi kita manusia tentu
lebih mengenal waktu lagi.

Mereka menjadikan alam terkembang menjadi gurunya,
dimana setiap Shubuh para kelelawar sudah mengingat
waktu shalat shubuh, mereka memperhatikan bunga
rambas/oyong yang tetap kembang setelah masuknya
waktu Ashar dan begitu juga kicauan burung Cancebo
menandakan masuk waktu Maghrib dengan
menukik- nukikkan namanya dari ruang angkasa
sana kepada kita manusia.

Penulis berpendapat bahwa dalam rangka menanggulangi
banyaknya pengangguran  Shalat di Ranah Nata khususnya
adalah dengan mengaktifkan seluruh Masjid, Surau atau
 Mushalla untuk melaksanakan kegiatan Shalat Jum’at dan
kembali menerapkan hari Jum’at adalah hari liburnya
para petani dan nelayan, sebab dua pekerjaan itulah yang menghidupi 
Masyarakat Ranah Nata ini khususnya,
 sedangkan profil lainnya adalah di ranah pengaturan 
yaitu mengatur menu dan perbelanjaan makanan 
dan minuman, walaupun sebagian mengadakan 
penyusutan ukuran dan
 timbangan, memgatur lalu lintas pendidikan, kesejahteraan,
maslahat ummat bagi pegawai negeri
 yang sebagian adalah koruptor waktu dan uang.

Sebelum mengaktifkan seluruh Masjid dan Surau bershalat
 Jama’ah Jum’at, terlebih dahulu mengadakan pelatihan

Khatib,Imam,Bilal dan Ahli Tajwid ( KIBLAT ),
karena Ranah Nata juga mengalami Krisis Kiblat.
Masa sekarang adalah masa kelangkaan Khatib, Imam,
 Bilal dan Ahli Tajwid sebagaimana kita saksikan
dalam shalat berjama’ah di masjid-masjid.

Ada Khatib yang hanya membincang luar negeri dalam
khutbahnya atau mengkaji zikrullah dalam bernafas oleh
khatib penceramah antara shalat Maghrib dengan shalat Isya
 dan sesudah shalat Shubuh dalam kegiatan Kultum
(Kuliah Tujuhmenit),Kulibas (Kuliah Limabelasmenit )
 dan Kultajam (Kuliah Satujam).

Demikian juga Imam dalam shalat berjama’ah 
tidak memperhitungkan
jama’ahnya yang sudah tak sanggup berdiri dengan 
membaca ayat-ayat panjang, ada yang membaca
ayat dengan irama kesenian daerah Ranah Nata dan
setidaknya dengan irama tahrim atau tarhim, ditambah
dengan makhraj huruf yang sampai merobah makna
dari al-Qur”an tersebut.
Bagaimanakah pendapat anda bila seorang Imam
membaca Rabbil ‘alamien dengan Rabbi alamien ?
iyyakana’budu waiyya kanasta’in menjadi
iyya kanakbudu wa iyya kanastain ?
bagaimana pendapat anda bila seorang Imam
membaca Al-Fatihah dengan irama Sagu Jao ?

Sang Bilal juga tidak ketinggalan dimana para Bilal yang
 bersuara indah dan merdu tak kedengaran lagi suaranya
 melalui adzan, tetapi diisi oleh muadzin yang bersuara fals,
yang menukik seperti kesenian dikir rebbana dan ada
 juga bagai perian pecah.

Demikian juga Ahli Tajwid yaitu Qari dan Qori’ah dimana
 ketika ada kegiatan Musabaqah Tilawatil Qur”an (MTQ),
pihak yang berkepentingan hanya mencari siapa yang
pandai berlagu dan bersuara indah,
tapi bukan pandai bertajwid.