Sabtu, 03 September 2011

STABIL


 KEBUN BATAHAN > KANTOR AFDELLING VI LUAS 659,99 HA.
PADAHAL ULAYAT INI ADALAH ULAYAT DESA KAMPUNG SAWAH
KECAMATAN NATAL. KENAPA KEBUN BATAHAN ...???
MASYARAKAT KAMPUNG SAWAH BELUM MENDAPATKAN PESERTA PETANI PLASMA DARI PT GLP MEDAN

S T A B I L
STOP AKSI BILA LANCAR
Oleh : Shaff Ra Alisyahbana Dt Malako

Stabil dalam bahasa kerennya adalah sama dengan “ Rumpuik – Bagaram “ di Ranah Nata yaitu memposisikan sesuatu
agar tetap, tidak naik dan tidak menurun.
Tapi sifat STABIL dengan rumput bergaram terdapat perbedaan, sebab maksud dari rumput bergaram itu agar jinak dan terkendali.
Bila seseorang mempunyai ternak kambing,anjing,kucing atau lainnya, agar ternak ini jinak dan patuh adalah dengan memberi rumput atau nasi makanannya dengan sedikit garam atau gula. Itulah makanya istilah rumput bergaram disebut juga “ Kanei gulo-guloi “.

Salah satu penghalang atas ketidak berhasilan tuntutan rakyat atas pemakaian tanah adat atau ulayat oleh sebuah perusahaan adalah disebabkan STABIL tersebut, sebab bila ada stabil maka tuntutan akan di Stop Aksi Bila Lancar ( STABIL ).

Setiap menjelang hari raya, para PREMAN (Pretel Manusia) mempreteli para pengusaha untuk meminta uang STABIL, agar stop aksi tuntutan kepada perusahaan, bila lancar pemberian itu.

Alangkah hinanya masyarakat kita yang tergolong PREMAN, mengemis kepada pengusaha untuk meminta uang STABIL, dimana pemberian itu merupakan tolok ukur bagi perusahaan, betapa lemahnya langkah perjuangan masyarakat,hanya bisa dibendung dengan sebuah amplop berisi uang yang dikatakan paket STABIL itu.

Tetapi para PREMAN maupun TOMAS (Tokoh Masyarakat) tidak menyadari bahwa perbuatannya untuk meminta STABIL itu adalah suatu kebijaksanaan yang keliru, sebab aksi penuntutan distop bila lancar pemberian untuk pribadi masing-masing PREMAN maupun TOMAS tersebut.

Dimanakah keberhasilan tuntutan bila kantong para pejuang hak rakyat sudah penuh berisi uang STABIL ??? Sampai hari kiamat nanti, pasti tuntutan itu akan sia-sia, sebab sudah memakan “ Rumpuik Bagaram “ atau “ Kanei Gulo-guloi “.
Itulah problema para pejuang yang berkoak-koak kesana kemari membawakan beberapa tuntutan kepada perusahaan, sementara dia sudah kenyang dengan uang STABIL dan tentu saja dia akan bungkam seribu bahasa dan tak ada reaksi dari mereka lagi.

Menurut info yang dipercaya bahwa para pejuang yang dulu mati-matian memperjuangkan hak atas nama rakyat, setelah mendapat selembar surat sertifikat dari perusahaan dia tidak berkutik lagi,
 bahkan mengancam pejuang baru agar dia tidak dilibatkan karena
 dia sudah berhasil memperjuangkan hak pribadinya sendiri yang
 pada waktu melayangkan tuntutan atas nama masyarakat banyak.
Mereka gadaikan kepercayaan masyarakat yang telah berkorban memberikan bantuan membiayai proses tuntutan tersebut,
Namun setelah dapat diapun pura-pura tidak tahu,
Sambil mendukung sertifikasi yang diperolehnya.

Kasihan para rakyat awam yang hanya dapat memberikan sekedar bantuan karena dibodohi oleh orang-orang pintar cerdik cendekiawan nagari yang dalam pepatah mengatakan “ Yang bodoh makan yang cerdik “.

Demikian juga perusahaan, walaupun bagaimana situasi perusahaan dia akan menyediakan uang STABIL, meskipun dengan air mata darah sekalipun tetap diusahakan dan diberinya, sebab itulah senjata bagi perusahaannya bila ada tuntutan dibelakang hari.
Akhirnya, sampai kapanpun tuntutan itu tidak akan didengarkan dan tetap diabaikan.

Andai para TOMAS dan PREMAN tidak menerima dan tidak meminta uang STABIL tersebut,lambat laun tuntutan itu akan berhasil untuk semua rakyat yang emndambakannnya.

STABIL , STOP AKSI BILA LANCAR......!!!

MABUK


M  A  B  U  K
MENGKOSUMSI ATRIBUT BERALKOHOL UNTUK KEMAKSIATAN
Oleh : Shaff Ra Alisyahbana Dt Malako

Disamping atribut atau bahan yang beralkohol,minuman atau makanan yang biasa kita komsumsipun bisa membuat MABUK bila dimakan atau diminum berlebihan. Jadi defenisi dari mabuk itu adalah Mengkomsumsi Atribut Beralkohol Untuk Kemaksiatan baik itu barang haram maupun barang yang halal.

Salah satu dari sekian banyak penyebab manusia itu mabuk diantaranya adalah minuman keras yang di Ranah Nata dilarang dijual secara bebas, tapi bisa dibeli ditempat tertentu sebab sudah mempunyai stabil keamanan.

Setiap adanya acara Baralek (Pesta Perkawinan) di Ranah Nata khususnya, hampir semua bernuansa suasana mabuk para penonton hiburan rakyat yang populer disebut keyboard atau organ tunggal, tetapi orang yang mengadakan hajat Baralek tersebut telah menempatkan acara kibot merupakan acara terpenting atau wajib berkibot bila mengadakan pesta perkawinan. Tidak syah pesta perkawinan yang tidak mengadakan kibot. Kalaulah ada semacam pilihan, tidak usah diadakan acara Dikir Rebbana atau Badendang-Dendang,asalkan acara Bakibot tetap diadakan.

Itulah suatu keberhasilan dari kalimat Natal itu di Ranah Nata, dimana visi dan missi “ Me-Natalkan Ranah Nata “ diambang keberhasilan.
Kenapa tidak ! Pada bulan Pebruari 2011 ini, sudah berani para anak muda Ranah Nata mengadakan acara Valentine Days yang disponsori oleh sebuah showroom yang dipusatkan pada sebuah kafe di pantai barat sana.
Ribuan anak muda se pantai barat, mulai dari Batu Mundam sampai ke Batu Bakuduong kumpul bersama yang mayoritas dalam keadaan MABUK. Penulis khawatir tidak berapa lama lagi akan diadakan peringatan Hari Natal sebagai hari jadi Natal yang kesekian,walaupun hari jadinya bukan tgl.25 Desember, tapi diselubungi oleh Hari Natal dari bukan Islam.

MABUK membuat suasana kalau balau. Bayangkan saja pada suasana ‘Idul Fithri tahun ini diperkirakan korban kecelakaan sekitar 20 orang yang mayoritas adalah disebabkan mabuk. Ada yang jatuh berkenderaan roda dua,ada yang berlanggar kebut-kebutan dan ada yang berbuat maksiat (mesum) yang ditangkap oleh pemuda-pemuda Taluk Sikarakara dan Buburan dan sepasang manusia bejat ini diserahkan ke Ketua Adat Buburan,tetapi hasilnya tidak kita ketahui. Salah satu yang menyakitkan bahwa kejadian ini merupakan perbuatan orang lain yang mencorengkan arang kekening pantai barat,sebab si lelaki berasal dari Kota Salak dan si perempuan berasal dari Desa Transmigrasi.

Betapa banyaknya manusia di pantai barat, baik pantai kapling atau pantai galon dan Taluk Sikarakata merobah pepatah petitih orang tua yang mengatakan bahwa “ Adat taluok timbunan kapa “,tetapi di suasana lebaran ini “ Adat taluok timbunan manusia “. Betapa banyaknya para pedagang dari Kota Salak dan Kota Kipang berjualan disitu terutama jualan baju renang yang merupakan kebutuhan bagi setiap pengunjung untuk mandi-mandi dipantai itu.

Masih ingatkah kita Alfir Nata (Allah berfirman Nabi bertitah) dalam Al- Qur”an yang berbunyi “ Walan tardha  ankal Yahudu wan Nashara hatta tattabi’a millatahum ? “ yang artinya bahwa orang-orang Yahudi dan Nashrani tidak akan rela melihat kita sebelum mengikuti millah mereka.
Masya Allah, beberapa millah itu telah kita ikuti seperti halnya peringatan Valentine Days (Hari Kasih Sayang) yang sebenarnya adalah peringatan hari kekalahan ummat Islam di Spanyol tahun dulu yang pada millah mereka merupakan kasih sayang karena mereka berhasil. Demikian juga acara Ulang Tahun yang kini telah menjadi kebutuhan para remaja dan suatu acara yang dilaksanakan oleh lembaga pendidikan tahap awal (TK) Islam di Iburanah kita seperti TK ABA Natal dan TK Nurul Hidayah Natal, sementara TK Pembina Negeri Natal tidak melaksanakan acara ulang tahun itu kepada anak didiknya. Sudah jadi terbiasa di Ranah Nata khususnya, bila ada keramaian atau hiburan rakyat terutama di malam hari selalu ada mabuk-mabukan yang membuahkan keributan, perkelahian dan kemaksiatan, oleh karena itu penulis memberanikan diri mengatakan MABUK itu adalah Mengkomsumsi Atribut Beralkohol Untuk Kemaksiatan, sebab belum ada mabuk itu yang membawa kebaikan.

Pada beberapa tahun lalu Pemerintah secara resmi menghancurkan ribuan botol minuman keras yang ditandai dengan penimbunan di lapangan Merdeka Natal oleh Kepala Kantur Urusan Agama Kecamatan Natal, tetapi sayang lebih banyak yang tersimpan di tempat tertentu dari pada yang ditangkap dan dimusnahkan yang diperagakan pemusnahannya itu.

Mudah-mudahan tulisan ini ada manfaatnya. Amien Yaa Rabbal ‘alamien.