Selasa, 30 Agustus 2011

TAKBIRAN


 Acara تكبيرا " meriah سير أجمة،تبي sepi  Syair أجمة
T A K B I R A N
Oleh : Shaff Ra Alisyahbana Dt Malako

Pada zaman alm.Sidi Fauziddin di Pengajian Isromiyah Pangka Jati Nata,acara malam Takbiran sangat meriah sekali walaupun hanya dilaksanakan oleh anak-anak pengajian tersebut dengan berjalan kaki sepanjang jalan Ibukota Ranah Nata, sebab dimeriahkan dengan “ Batelong-telong “.

Batelong-telong adalah aneka lampu champion yang dibawa oleh anak-anak dengan beraneka macam bentuk dan warna, sehingga membuar suasana Syiar Agama disamping semaraknya Syair Allahu Akbar membahana di Ibukota Ranah Nata.

Pada tahun 70an di Batu Tuanku Kampung Sawah,penulis juga memprakarsai pengajian al-Qur”an Darul Fahmy Kampung Sawah dengan malam Takbiran dan acara Lomba Telong-telong bagi anak-anak pengajian mulai dari Batu Tuanku sampai ke Guguong Syair Takbiran dilantunkan oleh anak-anak pengajian.

Ditahun 80an,sewaktu penulis menjadi Sekretaris PHBI Kelurahan Pasar I Natal,juga terjadi hal yang sama untuk semua murid-murid SD dan siswa SMP/MTs dengan acara Loma Telong-telong dan mudah-mudahan membuah Syiar Agama yang memadai.

Sekarang acara Takbiran berjalan kaki dan Batelong-telong tak ada lagi dan telah hilang,berganti dengan kompoi kenderaan roda dua dan empat, tapi sunyi dari Takbiran.
Bayangkan saja, dari ratusan kenderaan yang mengikuti malam Takbiran, hanya sekitar 15 orang yang melafazkan kalimat Allahu Akbar dari mulutnya yaitu pengisi kenderan yang pertama dan terakhir saja.
Inikah yang dinamakan Takbiran ...???
Saya berpendapat, ini bukan Takbiran namanya, tapi adalah barisan/kompoi kenderaan roda dua dan empat sampai ke perbatasan kecamatan.
Kita mengakui bahwa Syiar Agama itu semarak, tapi Syair Takbiran merosot dan sepi.
Apakah Takbiran itu artinya adalah melaksanakan bacaan Allahu Akbar ...... ???.
Disinilah letak kesalah tafsiran itu,sama halnya dengan Masjid Al-Fattah yang berarti pembuka atau kunci.
Karena salaf tafsir yang diartikan terkunci atau dikunci, sehingga di masjid tersebut dikunci untuk menegakkan shalat disitu, karena pintunya terkunci kecuali menjelang Jum’atan.
Masjid Al-Fattah yang dulunya bernama Surau Tambak adalah merupakan tonggak keberadaan Agama Islam di Ranah Nata, sebab disinilah Syekh H.Abdul Fattah Sinantiku dan murid terpandainya Syekh Abd.Malik Baleo Nata menebarkan/ merambakkan Agama Islam sampai-sampai ke Dalu-dalu dan juga murid-murid lainnya seperti Syekh Tuan Tamang,Syekh Abdul Manan Marancar dll. Penulis masih ingat ketika alm.H.Bulkaini (ayah dari Drs.H.Syariful Mahya Bandar,MA/ Kanwil Kemenag Prov.Sum.Utara) menyampaikan pengajiannya kepada murid-muridnya yang berdatangan kesitu, datang dari desa-desa Palah Taleh,Patiluban,Panggautan dan desa lainnya, tapi kini jangankan pengajian,untuk mendirikan shalatpun hanya bisa diluar masjid saja (dipelataran masjid) karena terkunci.  Walaupun masjid ini bukan masjid NU,tapi merupakan tempat persemaiannya bibit-bibit tokoh NU, telah hilang dan mungkin keberadaan NU tidak akan lama lagi.
Alangkah baiknya anak didik Madrasah Tsanawiyah NU yang berada diseberang masjid ini mendirikan shalat Zhuhur Berjama’ah dan pelatihan kultum dan praktek lainnya, tapi sayang terkunci,walaupun Al-Fattah itu berarti permbuka atau kunci,tapi diartikan dikunci atau terkunci.

Beberapa yang perlu mendapat perhatian untuk kita semua sikon hidup beragama di Ranah Nata ini klhususnya antara lain sbb.;
1.      Sesegera mungkin Kemenag atau organisasi keagamaan mengadakan pelatihan KIBLAT (Khatib,Imam,Bilal dan Ahli Tajwid) di Ranah Nata,karena keberadaan ini sudah langka sekali.
2.      Sesegera mungkin agar semua Masjid yang ada di Ranah Nata mendirikan shalat Jum’at dalam rangka menanggulangi pengangguran shalat.
3.      Meniadakan malam Takbiran yang bercorak kompoi kenderaan roda dua dan empat dan menggantinya dengan corak berjalan kaki dengan mengumandang Takbir seluruh peserta ,agar Syiar Agama itu mempunyai Syair Agama (Takbir). Apa gunanya sangat banyak peserta takbiran,tapi sunyi dari membaca Takbir.
4.      Dari acara silaturrahmi,mungkinkah dua kali menyediakan makanan,karena yang akan dikunjungi lebih dahulu lebaran,sedangkan yang datang silaturrahmi berombongan ada hari pertama yang dulu dan hari kedua yang dahulu sehingga merepotkan dan kadang makanan itu mubazir,sebab yang disangka hari itu datang ternyata besok harinya karena tidak serentak.
5.      Menghidupkan pelaksanaan Kuliah Agama diseluruh Surau dan Masjid dengan pembinaan para remaja Ranah Nata.agar Ranah Nata itu benar-benar merupakan sumber Agama Islam di Nata dan Mandailing.  
6.      Mengawasi tempat-tempat hiburan atau cafe agar tidak mengadakan kegiatan yang melanggar hukum Agama,Adat dan Negara dengan menerapkan sanksi Adat disamping sanksi Agama dan Negara. Kiranya pelaksanaan Valentine Days tidak terulang lagi, sebab itu adalah hari peringatan hancurnya Islam di Spanyol yang dilambangkan sebagai hari kasih sayang oleh mereka. Penulis berpendapat, selagi daerah kita ini bernama Natal dan tidak kembali ke Ranah Nata, dipastikan corak Natal itu akan tumbuh subur dan hidup berkembang yang sudah dimulai dengan beraninya para remaja kita mengadakan Valentine Days yang merupakan acara dari orang Natal. Mari kita berikan sanksi adat kepada para tempat hiburan yang mengadakan pelanggaran Agama dan Adat, walaupun disitu adanya pihak keamanan,karena yang diamankan hanyalah mengamankan agar tidak terjadi keributan atau perkelahian, tetapi aman untuk perbuatan dosa seperti minuman keras,pergaulan bebas (pacaran) sesuai dengan visi dan misi Me-Natalkan Natal itu. Penulis yakin bila hal ini tidak segera ditanggulangi dengan kerja keras, dipastikan para remaja akan mengadakan Hari Natal yang dikaitkan dengan Natal (nama daerah ini),tetapi terselubung dengan hari Natal sebenarnya nantinya. Sebentar lagi akan ada pesta pantai dengan menghadirkan artis luar yang top,diharapkan kepada panitia atau pengelola kafe agar tidak menyediakan tempat dan atribut kemaksiatan,agar kita tidak mengundangkan murka Allah sehingga Dia datang Galodo (banjir), Galoro (tsunami) dan Gampo ( G-Tigo) di Ranah Nata khususnya. Apakah tsunami yang telah menimpa kita tidak dijadikan suatu pelajaran bagi kita ..???
7.      Sekarang maraknya acara reuni dari berbagai alumni yang diadakan dicafe-cafe dikarenakan disitu adanya acara pergaulan bebas.Kenapa dikatakan alumni stambuk sekian,tapi tidak mencantumkan alumni dari sekolah mana dan sekolah tempat dia mengatakan alumni tidak tidak menyentuk dari acara atau organisasi tersebut. Alangkah baiknya acara reuni itu langsung diadakan ditempal asal sekolahnya agar ada keterkaitan dengan pihak sekolah berserta mantan guru-gurunya.
8.      Pihak Pemerintahan diharapkan agar bijaksana dalam menentukan hari raya 1 Syawwal agar bisa serentak dengan perobahan ada pada awal Ramadhan saja. Biarlah awal Ramadhan tidak serentak,tapi 1 Syawwal hendaknya serentak seluruhnya,agar tidak ada yang dirugikan, sedangkan kebenaran itu adalah milik Allah semata. Bagaimanakah status masyarakat Muslim di Ranah Nata yang lebih dahulu berpuasa Ramadhan yang seakan-akan puasanya 31 hari,sebab shalat ‘Ied diadakan sehari setelah lebaran,karena belum adanya pengumuman dari Pemerintah atas penetapan 1 Syawwal. Demikian juga tentang zakat fitrah dari orang-orang yang lebih duluan berhari raya(29 Ramadhan,karena fitrah mereka dibagikan kepada mustahiqnya setelah dia berhari raya (30 Ramadhan). Apakah zakat fithrahnya tidak berobah menjadi shadaqah dan bagaimana pertanggungan zakat Amil Zakat Kelurahan/Desa ..???


Akhirnya,semoga menjadi perhatian kita semua adanya. Terima kasih.

Sabtu, 27 Agustus 2011

SANTUNAN YATIM

SANTUNAN ANAK YATIM
Oleh : Shaff Ra Alisyahbana Dt Malako

Bertempat di Masjid Hajjah Fathimah,
 Simpang Ampek Kelurahan Pasar I Natal, BPAY Kecamatan Natal
telah menyerahkan uang bantuan kepada anak-anak
yatim se Kecamatan Natal yang berjumlah sekitar 183 orang.

Menurut laporan yang disampaikan oleh Ketua BPAY
Kecamatan Natal,H.Misdar menyatakan bahwa dana untuk
bantuan anak yatim yang diserahkan oleh para Muzaky
dan donator lainnya berjumlah Rp.20.900.000.-
Dari 183 orang anak yatim, yang terbanyak adalah
Kel.Pasar II Natal 33 orang, Setia Karya 28 orang,
Pasar III Natal 22 orang,Kel.Pasar I Natal 11 orang
dan lain-lainnya.

Dengan pembawa acara, Kepala KUA Kecamatan
 Natal, penyerahan bantuan dimulai jam 15.00 wib –
jam 16.30 wib yang dihadiri oleh anak-anak yatim dari
Kelurahan Pasar I,II,Desa Pasar III Natal, Setia Karya,
Pasar V dan VI Natal serta Desa Kampung Sawah dan Panggautan.

Sarwedi SH, Camat Natal dalam kata sambutannya
menyatakan kepada seluruh anak yatim bahwa beliau 
menyatakan kesediaannya menjadi pengasuh
para yatim piatu.

Dan untuk itu pintu rumahnya tetap terbuka
untuk seluruh anak yatim yang berada di Kecamatan
 Natal. Jika diperhitungkan secara matematika
bahwa setiap anak diperkiranakan mendapat
 santunan sekitar Rp.110.000.-/orang.

Penyerahan santunan ini dihadiri oleh Camat Natal,
Kepala KUA Kecamatan Natal,Ketua MUI
Kecamatan Natal dan undangan lainnya.
Jika pada tahun dahulu diadakan di Masjid Al-Huda
Natal dean tahun yang lewat di masjid lainya,
untuk tahun depan akan mendapat giliran masjid
 lainnya dimana saban tahun akan bergilir nantinya.

Sayangnya, setelah selesai menerima santunan
para anak yatim langsug menyerbu tanaman
jambu yang sedang berbuah lebat
100 meter dari masjid Hj.Fathimah.
Dengan kejadian itu adalah pertanda perlunya
segera didirikan Panti Asuhan Anak Yatim
seperti yang direncanakan oleh Masyarakat Desa
 Sikarakara dengan Yayasan Benteng Islam Kawasan
Barat Indonesia (YASBI) yaitu
ISTANA YATAMA INDONESIA
di Bukik Sikarakara dengan nama
Islamic Taj Nata ( ISTANA ).

Kamis, 25 Agustus 2011

KRISIS KIBLAT


KRISIS QIBLAT
Oleh : Shaff Ra Alisyahbana Dt Malako

Ranah Nata adalah ranah yang makmur dan subur bila
dipandang dari sudut  keamanan dan pertanian.
Ranah pertanian yang begitu luas terbentang bagaikan
hamparan permadani di padang sahara Madinah,
bukan seperti Madinanya Sumatera Utara. 
Dari sudut kesenian dan kebudayaan,
Ranah Nata mempunyai perbendaharaan,
tapi tak swe rancak Ranah Minang
di Sumatera Barat.

Walaupun disana sini bergelimpangan para perusahaan
 yang membuka usahanya menyawitkan lahan pertanian
 dan mata pencaharian penduduk,namum masih
banyak menyimpan ratusan orang pengangguran,
sebab perusahaan membawa dan menerima para
karyawan yang bukan dari putra putri daerah
tempat di berpijak ditanah perkosaan.

Tetapi, yang dimaksud penulis dalam sebutan
Pengangguran disini bukanlah dari segi pekerjaan
 semata,tapi adalah dari segi keagamaan dimana
Ranah Nata mempunyai pengangguran
ribuan orang yaitu Pengangguran Shalat.

Bila pada hari Jum’at dijaman Sampan Kayie, para
nelayan dan petani tidak pergi mengharungi lautan untuk
 bertarung dengan hujan badai dan hempasan ombak
gelombang dan berjalan diantara embun rerumputan
 menantang matahari sehingga mereka ikut serta dalam
 kegiatan shalat berjama’ah yaitu Shalat Jum’at.
Setelah memasuki zaman pincang dan gigih (canggih),
sedang berkumandang adzan Jum’at, mereka masih bisa
 pergi melaut kartena dipacu oleh krisis menyeluruh ( Kisruh ) ,
baik krisis ekonomi, krisis moral dan krisis iman,
sehingga pantai keimanan itu kini telah landai,
hilang dari kecuraman beribadah dalam ranah
 berterima kasih kepada Allah yang Maha Esa.

Disebabkan zaman dahulu pergi melaut itu memakai
 sistem waktu sehingga orang-orangnyapun mengenal waktu,
karena mereka berfikir bahwa binatang dan tumbuhan
 saja mengenal waktu, apalagi kita manusia tentu
lebih mengenal waktu lagi.

Mereka menjadikan alam terkembang menjadi gurunya,
dimana setiap Shubuh para kelelawar sudah mengingat
waktu shalat shubuh, mereka memperhatikan bunga
rambas/oyong yang tetap kembang setelah masuknya
waktu Ashar dan begitu juga kicauan burung Cancebo
menandakan masuk waktu Maghrib dengan
menukik- nukikkan namanya dari ruang angkasa
sana kepada kita manusia.

Penulis berpendapat bahwa dalam rangka menanggulangi
banyaknya pengangguran  Shalat di Ranah Nata khususnya
adalah dengan mengaktifkan seluruh Masjid, Surau atau
 Mushalla untuk melaksanakan kegiatan Shalat Jum’at dan
kembali menerapkan hari Jum’at adalah hari liburnya
para petani dan nelayan, sebab dua pekerjaan itulah yang menghidupi 
Masyarakat Ranah Nata ini khususnya,
 sedangkan profil lainnya adalah di ranah pengaturan 
yaitu mengatur menu dan perbelanjaan makanan 
dan minuman, walaupun sebagian mengadakan 
penyusutan ukuran dan
 timbangan, memgatur lalu lintas pendidikan, kesejahteraan,
maslahat ummat bagi pegawai negeri
 yang sebagian adalah koruptor waktu dan uang.

Sebelum mengaktifkan seluruh Masjid dan Surau bershalat
 Jama’ah Jum’at, terlebih dahulu mengadakan pelatihan

Khatib,Imam,Bilal dan Ahli Tajwid ( KIBLAT ),
karena Ranah Nata juga mengalami Krisis Kiblat.
Masa sekarang adalah masa kelangkaan Khatib, Imam,
 Bilal dan Ahli Tajwid sebagaimana kita saksikan
dalam shalat berjama’ah di masjid-masjid.

Ada Khatib yang hanya membincang luar negeri dalam
khutbahnya atau mengkaji zikrullah dalam bernafas oleh
khatib penceramah antara shalat Maghrib dengan shalat Isya
 dan sesudah shalat Shubuh dalam kegiatan Kultum
(Kuliah Tujuhmenit),Kulibas (Kuliah Limabelasmenit )
 dan Kultajam (Kuliah Satujam).

Demikian juga Imam dalam shalat berjama’ah 
tidak memperhitungkan
jama’ahnya yang sudah tak sanggup berdiri dengan 
membaca ayat-ayat panjang, ada yang membaca
ayat dengan irama kesenian daerah Ranah Nata dan
setidaknya dengan irama tahrim atau tarhim, ditambah
dengan makhraj huruf yang sampai merobah makna
dari al-Qur”an tersebut.
Bagaimanakah pendapat anda bila seorang Imam
membaca Rabbil ‘alamien dengan Rabbi alamien ?
iyyakana’budu waiyya kanasta’in menjadi
iyya kanakbudu wa iyya kanastain ?
bagaimana pendapat anda bila seorang Imam
membaca Al-Fatihah dengan irama Sagu Jao ?

Sang Bilal juga tidak ketinggalan dimana para Bilal yang
 bersuara indah dan merdu tak kedengaran lagi suaranya
 melalui adzan, tetapi diisi oleh muadzin yang bersuara fals,
yang menukik seperti kesenian dikir rebbana dan ada
 juga bagai perian pecah.

Demikian juga Ahli Tajwid yaitu Qari dan Qori’ah dimana
 ketika ada kegiatan Musabaqah Tilawatil Qur”an (MTQ),
pihak yang berkepentingan hanya mencari siapa yang
pandai berlagu dan bersuara indah,
tapi bukan pandai bertajwid.

SHALAT 'IED


SHALAT ‘IED
Oleh : Shaff Ra Alisyahbana Dt Malako

Alhamdulillah, Insya Allah tgl.30 Agustus 2011 
Masyarakat Ibukota Kecamatan Natal akan 
melaksanakan Shalat ‘Ied di Lapangan Merdeka
Natal.Sesuai dengan surat Kepala Kantor Urusan
Agama Kec.Natal No.Kk.02.13.15/BA.00/50/2011
tgl.23 Agustus 2011 dalam hal Pemberitahuan 
yang disampaikan kepada Pengurus Masjid Al-
Amin Natal dan pengurus masjid lainnya, bahwa 
sesuai dengan hasil musyawarah pada hari Jum’at 
tgl.19 Agustus 2011 di Aula Kantor Camat Natal.



Shalat dilaksanakan di Lapangan Merdeka Natal pukul 07.30 wib.
Bertindak sebagai Imam, Ustadz Zakman MR,S.Ag dan Khatib adalah H.M Abdul Bashor. 
Apabila hari hujan dan tidak memungkin melaksanakan Shalat ‘Ied di 
Lapangan, pelaksanaan dialihkan ke :

1.      Surau Tangah Padang di Kelurahan Pasar II Natal.
2.      Masjid Al-Amin di Kelurahan Pasar I Natal.
3.      Masjid Hj.Fathimah di Kelurahan Pasar I Natal.
4.      Masjid Al-Fattah di Setia Karya Natal.
5.      Masjid Al-Huda di Pasar III Natal. 

Menyikapi surat pemberitahuan dari Kementrian Agama Kantor Urusan

Agama Kecamatan Natalters ebut, bahwa mengingat pelaksanaan 
Shalat,‘Ied pada tahun-tahun terdahulu bahwa salah satu Pengurus
Masjid yang,mengingkari keputusan ini adalah Masjid Al-Fattah 
di Pasar Tambak Setia,Karya Natal, bahwa apapun keputusannya
mereka tetap melaksanakan  Shalat ‘Ied di Masjid Al-Fattah Natal. 
Dimanakah letak kebersamaan dalam keputusan itu ?? 

Dari pemberitahuan tersebut dapat dipahami bahwa keputusan itu
meniadakan keberadaanMasjid Taqwa Muhammadiyah Cabang Natal.
Penulis mempertanyakan kepada PimpinanCabang Muhammadiyah 
Natal dan segenap warga Muhammadiyah, apakah Masjid Taqwa 
Muhammadiyah tidak difungsikan untuk melaksanakan Shalat ‘Ied,
apabila di lapangan Merdeka Natal tidaK mengizinkan karena 
hari hujan  ???.

Untuk apa dibangun masjid itu dengan dana yang begitu besar jika
tidak dipergunakan untuk Shalat ‘Ied dllnya ???.

Penulis berpendapat bahwa andaikata hari hujan dan tidak 
memungkinkan, mari kita laksanakan Shalat ‘Ied di Masjid
Taqwa Muhammadiyah khusus untuk seluruh warga 
Muhammadiyah Natal,sedangkan Masjid Al-Huda Natal
diisi oleh jemaah orang-orang Pemerintahan, sehingga para
masjid itu tampak semarak dengan jema’ahnya masing-masing
dan sesuai dengan keyakinan amaliyahnya.
Betapa indahnya suasana Ranah Nata (Natal) pada 1 Syawwal,
bila seluruh Surau dan Masjid mengumandangkan kebesaran Allah, 
membuat suasana lebaran ber- Masyarakat Adat Islami.

Keputusan tersebut diatas adalah apabila1 Syawwal 1432 Hijriah
jatuh serentak pada tgl.30 Agustus 2011 dan apabila 
Pengumuman Menteri Agama jatuh pada hari Rabu 
tgl.31 Agustus 2011, maka warga Muhammadiyah akan bershalat
‘Ied di lapangan Merdeka Natal pada hari Selasa
tgl.30 Agustus 2011 sebagaimana ketetapan dari Pimpinan Pusat 
Muhammadiyah, sedangkan esok hari baru yang lainnya.
Tentu saja keputusan ini berlaku bila serentak ber’idul fitri.

Semoga tahun ini tidak ada pengurus masjid yang memungkiri
keputusan bersama dan kiranya berhari raya serentak pada
hari Selasa tgl.30 Agustus 2011. Semoga.
Selasa tgl.30 Agustus 2011.
Semoga...

Sabtu, 20 Agustus 2011

PANTAI BARAT


Bupati Madina Ancam Pengusaha

By Putra Sipirok – Agustus 13, 2011 Posted in: BERITA, MADINA
Dibaca 581 kali
Bupati Madina, HM Hidayat Batubara SE 
ancam pengusaha di wilayah Madina apabila
tak mau diaturdan selalu memunculkan masalah dengan masyarakat. 
Sanksinya, Bupati akan mencabut seluruh izin 
usaha.Hal itu ditegaskan Hidayat di hadapan ratusan masyarakat yang terdiri 
dari 3 kecamatan sebagai lokasi perusahaan perkebunan di Madina, 
yakni Kecamatan Natal, Batahan dan Muara 
Batang Gadis yang bertempat di pasar Natal, Kamis (11/8) kemarin.

Dikatakan Hidayat, Pemkab Madina tak akan ragu 
dan tak akan pernah takut kepada 
perusahaan manapun untuk memberikan tindakan dan pencabutan izin 
sesuai dengan peraturan perundang-undangan 
yang berlaku di NKRI.

”Bagi siapapun dan perusahaan manapun kalau melanggar dan menyalahi 
aturan hukum akan kita tindak tegas.Kita tak akan pernah takut untuk 
menjalankan aturan tersebut apalagi perusahaan yang bermasalah 
dengan masyarakat. Hal ini akan saya inventarisir dulu perusahaan mana saja
yang bermasalah di Madina, kalau perusahaan tersebut tak mau diatur
maka izinnya akan kita cabut,” tegas Hidayat disambut
teriakan dan semangant apresiasi dari ratusan masyarakat .
Penegasan Hidayat ini diawali dengan keluhan dari seorang
                                    tokoh masyarakat kecamatan Muara Batang Gadis yang                                         didampingi puluhan masyarakat lainnya saat menghadiri 
                                   safari ramadan rombongan Bupati Madina yang                                                 dipusatkan di Masjid Raya Pasar Natal.

  Adalah Hilman Parinduri, disampaikannya kepada Bupati, 
                                  masyarakat saat ini sedang dihadapkan dengan persoalan batas                                                                 lahan dengan perusahaan perkebunan PT Rendi yang beroperasi                                                                di Muara Batang Gadis. Dikatakannya, sampai saat ini                                                                             belum ada penyelesaian dan tak tertutup kemungkinan                                          akan terjadi konflik masyarakat dengan perusahaan.

”PT Rendi sudah sangat meresahkan masyarakat mengenai 
                                  tak adanya kejelasan batas lahan perusahaan dengan masyarakat,                                                              ini sangat menyentuh hati kami karena kami setiap hari di                                                                        hadapkan dengan rasa kekhawatiran,” sebut Hilman                                              diamini warga Muara Batang Gadis.

Penegasan ini memeroleh dukungan dari aktifis Mahasiswa
                                          yaitu Ketua Pantai Barat Mandailing Foundation,                                                                                        Kobol Nasution, kepada METRO Jumat (12/8).                                                                                    Dikatakannya, masyarakat sangat mendukung apabila                                                                          sengketa terselubung antara masyarakat dengan perusahaan                                                                          diselesaikan dengan segera mungkin, karena pantai barat                                                                        merupakan wilayah perusahaan perkebunan di Madina yang                                        luasnya ratusan ribu hektar dan terdiri dari puluhan perusahaan.

                             ”Sebenarnya bukan hanya PT Rendi saja yang bermasalah namun                                                                  mayortitas perusahaan perkebunan di Pantai Barat Madina ini                                                                    bermasalah dan penyelesaiannya hanya dengan sikap positif                                                                    dari Pemkab Madina. Jikalau tidak konflik akan terus terjadi                                                                            seperti yang pernah terjadi antara PT PSU dengan                                                                                     masyarakat Natal dan Linggabayu yang telah                                                        mengalami kerugian yang besar.

                                Kami harap Pemkab Madina jangan hanya pandai berbicara,                                                                          warga ingin ada action yang jelas dan jangan seperti                                                                               pemerintahan sebelumnya yang tak pernah ada kejelasan”                                                                           sebut  Kobol yang juga Ketua PC PMII Tapsel-Psp ini.                                         (wan/mer) (metrosiantar.com)
 
Thursday, 18 August 2011 18:01
WASPADA ONLINE

PANYABUNGAN - Masih banyak aspirasi dan kebutuhan masyarakat 
Pantai Barat, Kabupaten Mandailing Natal yang harus 
disahuti dan dipenuhi pemerintah.

Itu mengisyaratkan beratnya beban Pemkab Madina,
dinakhodai Hidayat Batubara-Dahlan Hasan Nasution 
untuk memenuhi aspirasi dan masyarakat di berbagai
desa pesisir pantai, yang panjangnya mencapai 170 km.
Itu kesimpulan yang muncul pasca kunjungan 
Safari Ramadhan Pemkab Madina di Masjid Raya Pasar Natal.

Warga mengaku belum merasakan seutuhnya arti kemerdekaan, 
sebab hingga saat ini mereka masih banyak menghadapi
  persoalan yang belum kunjung selesai, terutama peningkatan taraf hidup.

Rahmad, tokoh masyarakat Natal menyampaikan sore ini, 
masyarakat nelayan masih sulit  berkembang, 
karena mesin pembuat es batangan belum ada, 
padahal mesin ini sangat dibutuhkan warga untuk 
pengawetan serta pendinginan ikan-ikan hasil
tangkapan dari laut. Ada memang beberapa unit
mesin pendingin, namun belum mencukupi sesuai kebutuhan masyarakat.

Persoalan lain yang terus dirasakan masyarakat, 
belum tersedianya sarana air minum maupun PDAM. 
Kemudian aliran listrik PLN yang sering padam dan kurang arus.

Hal senada juga, disampaikan tokoh masyarakat
Muara Batang Gadis, Hilman Parinduri mengungkapkan, 
kurangnya perhatian pemerintah dalam membangun
berbagai sarana insfrastruktur di kecamatan itu,
baik pembukaan badan jalan maupun
pemeliharaan jalan-jalan yang telah ada.

Kami memang berada di penghujung Madina,
tapi sangat butuh perhatian pemerintah untuk
menyelesaikan persoalan, khususnya menyangkut transportasi.
Kondisi sarana transportasi yang sudah lama mengalami
rusak parah, namun tetap luput dari perhatian pemerintah.

Begitu juga bagi masyarakat Batahan, sudah lama
membutuhkan sarana transportasi yang baik, 
khususnya jalan yang penghubung Batahan-
Kecamatan Sinunukan sepanjang 18 km 
yang kini kondisinya sangat memprihatinkan.

Ia menuturkan, masyarakat Batahan membutuhkan 
kantor Mapolsek. ”Masyarakat Batahan sudah 
menyumbangkan tanah untuk pertapakan kantor 
Polsek dan bantuan uang tunai sebesar Rp1 juta. 
Namun hingga sekarang bangunan yang kami 
butuhkan hanya berdiri seadanya saja,” ungkapnya.

Menyikapi hal itu, Bupati Hidayat Batubara mengatakan, 
akan memprioritaskan pembangunan ketiga kecamatan itu.
”Keluhan warga Natal tentang arus listrik dan PDAM, 
pada tahun 2012 akan kami sahuti dengan
mendirikan listrik tenaga air,” sebutnya.
Editor: SASTROY BANGUN



SURAT NATA :
 PANTAI BARAT BELUM 
   MERDEKA ???
Mengomentari berita Sipirok.Net dalam judul Bupati Madina 
 Ancam Pengusaha by Putra Sipirok tgl.13 Agustus 2011 dan 
 berita yang dimuat di Waspada Online tgl.18 Agustus 2011 
 dalam judul Pantai Barat belum Merdeka ?, 
maka kami sampaikan sbb,;
1.Pantai Barat Mandailing yang akan dimekarkan entah 
kapan itu memang dari dulu dalam pangkuan Mandailing 
 belum mengecap arti kemerdekaan itu karena selalu  
di jajah dengan kebijakan tanpa memperhitungkan masa 
  depan masyarakat Pantai Barat, dan oleh sebab itu 
 sebagai ucapan terima kasih atas penderitaan ini 
    diberikan gelar Mandailing sebagai tambahan  
 dari nama Pantai Barat, sebab itulah yang baru
  capai oleh masyarakat Ranah Nata yaitu  
PANCARIAN DI BANTAI, BADAN MULARAT 
  MANJADI LANDAI JO TAGILIENG ( MANDAILING ).
2. Betapa banyaknya yang telah tergiling dan landai (habis)
 semua hutan ulayat tanah adat Ranah Nata, digiling
  oleh Penguasa dan Pengusaha, sehingga hak rakyat untuk
mendapatkan PESERTA PERTANI PLASMA
   tidak kebagian alias DIABAIKAN.
  Yang mendapat adalah pihak-pihak tertentu,
walaupun pemberian dan  
prembelian lahan terjadi topang tindih dan adat tidak ada lagi,  
sedangkan Republik ini lahir dari rahim Adat Istiadat yang 
dikandung oleh Bundo Kanduong bersama Datuok atau
  Rajo/Tuanku. Hampir semua perusahaan yang memperkosa
   tanah ulayat bermasalah dengan rakyat/masyarakat adat,
   kecuali warga tranmigrasi yang memang bukan tanah nenek 
  moyang mereka yang dibawa dari sana, tapi ada juga yang 
 berani menggerogoti tanah ulayat di BANJARAGAM, 
PANGGUNG BULUH tanpa diketahui oleh  
   kepala desa atau diketahui oleh kepala desa lainnya  
disebabkan praktek MADINA CANTIK itu.
bila dituntut secara adat, mereka meminta secara Nasional 
yaitu surat tanah dan bukti lainnya, tapi sayang mereka para 
pemimpin BUTA HURUF sebab tidak tahu apa yang
dikatakan ADAT itu yaitu A = TIDAK DAT = TERTULIS
JADI TIDAK TERTULIS  (darimana dapat suratnya...??? ).
Kalau kita balik bertanya kepada mereka, 
dimana surat penyerahan TANAH  ADAT  ITU
MENJADI  MILIK  NEGARA, SEBAB  NEGARA 
INI  LAHIR  DARI  ADAT, ATAU APAKAH ADAT 
                        
ini di isi oleh Kolusi, Korupsi dan Nepotisme (KKN)
      yang menghasilkan kepemimpinan BERHASIL DALAM LAPORAN.

3.Dengan masih berrjalannya operasi MADINA ( MAIN 
DIMANA MANA) dengan taktik CANTIK
 ( CARA & ASPIRASI NEKAD, TIKUS INTAI KUCING ),
apa yang dijanjikan oleh Bapak Bupati Madina jauh dari 
kenyataan, sebab MADINA CANTIK adalah virus terbesar 
     dan berbahaya di persada Nusantara ini. Masalah perbatasan
di Muara Batanggadis dengan masyarakat,
KAPANKAH PERUSAHAAN MEMPUNYAI TANAH DI PANTAI
       BARAT INI ...???. ANTAR DESA SAJA TIDAK DAPAT
DISELESAIKAN DAN SEBAGAI CONTOH PERBATASAN 
ANTARA  KAMPUNG SAWAH DENGAN SETIA KARYA NATAL
BELUM SELESAI, KARENA PAPAN YANG TERPASANG
1 KM DALAM ULAYAT KAMPUNG SAWAH MASIH TERPAMPANG
GAGAH DI JEMBATAN PULASAN, SUNGAI PINANG
KAMPUNG SAWAH KECAMATAN NATAL, MADINA.
4. Jalan jalur NASIB ( NATA SINUNUKAN BATAHAN ) 
dan jalur NATAS ( NATA TABUYUNG SINGKUANG )
sangat memprihatinkan sekali dan oleh sebab itu saya
acungkan jempol buat SIPIROK.NET dan  WASPADA ONLINE, 
sebab memilih judul yang sangat tepat dan mengena itu 
                                          ( BUPATI MADINA ANCAM PENGUSAHA &                                           PANTAI BARAT BELUM MERDEKA ?).
5. Kalau kita baca sikon setiap harinya dimana puluhan ribu  
   hektar tanah ulayat yang diperkosa oleh pengusaha dengan
     kekuatan gari oleh penguasa. Jangankan memberikan kepada
masyarakat ulayat tersebut menjadi 
   PESERTA PETANI PLASMA, saban hari menghancurkan
    sarana perhubungan yang merugikan masyarakat  
PANTAI BARAT karena  PANCARIAN DIBANTAI 
BANYAK MELARAT ( PANTAI BARAT).
6. Bila hal ini diurus dan diperjuangkan, kadang terjadi 
langkah-langkah yang kurang baik dikarenakan 
masyarakat yang awam dan bodoh, tapi tak mau 
dibodoh-bodohi  dan akhirnya terjadi NAD
( NATA AKSI DEMO ) dan SERGAP 
   ( SERENTAK TIGAPULUH APRIL) atas insiden 
NASI ( NATA SIMPANGGAMBIR ) dalam 
percekcokan SAPARINDUAN.
7.Diharapkan kesungguhan dari Bapak Bupati Madina
     kiranya hal ini jangan hanya tinggal janji saja.
                         Sebab Allah telah mengingatkan dalam al-Qur”an dalam firman
                      Yaa Ayyuhalla dzina amanu , ‘aufu bil uqud ,
                      Hai orang yang beriman, sempurnakan/laksanakanlah janjimu !!!.
                      Begitu juga dalam masalah PLN yang POLTAGE LISTRIK NYEDROP 
               ALIAS LEMAH ( KURANG ARUS ) DAN SERING MATI
               DARI PADA HIDUP. BUPATI MADINA ANCAM PENGUSAHA,
                sebab PANTAI BARAT BELUM MERDEKA ?, 
             ITULAH KALIMAT YANG POPULER DI BULAN
                 SUCI  RAMADHAN 1432 HIJRIYAH INI , 
                     SEMOGA DENGAN KEBERKATAN RAMADHAN, 
                                                    RANAH NATA YANG SELAMA INI ASYIK                                                    MEMBERSARKAN ORANG LAIN,
           MARI MENJADI RAKYAT BENAH NASIB & TAHTA
       ( RANAH NATA - 1 ) 
        DENGAN SIFAT RAMAH, AMANAH,BINA
         DAN TAQWA ( RANAH NATA 2  )

).                                                                    SEMOGA ...